1.
Definisi
kepemimpinan
Definisi
kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Kepemimpinan
di katakan juga sebagai proses mengarahkan dan memengaruhi aktivitas-aktivitas
yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.Tiga implikasi
penting dalam hal ini yaitu :
1. Kepemimpinan
itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut
2. Kepemimpinan
melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok
secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya
3. Adanya
kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk memengaruhi
tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara. (Rivai, Veithzal, dan Deddy
Mulyadi. 2013)
2.
Pentingnya
kepemimpinan dalam perusahaan
Kiranya
tidak dapat disangkal bahwa keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan
maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung
pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Bahkan
kiranya dapat diterima sebagai suatu “trueisme” apabila dikatakan bahwa mutu
kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat
dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut menyelenggarakan berbagai
kegiatannya.
Hal
senada dapat pula di katakan tentang organisasi-organisasi di lingkungan
pemerintahan yang tanggung jawab utamanya adalah menyelenggarakan tugas-tugas
pengaturan dan pemberian pelayan kepada masyarakat.Mutu peraturan menjadi dasar
kerja para anggota aparatur pemerintah sangat ditentukan oleh persepsi, wawasan
dan profesionalisme para perumus peraturan perundang-undangan tersebut tentunya
kemudian diikuti oleh berbagai kebijaksanaan teknis dan kebijaksanaan
operasional sesuai dengan bidang tanggung jawab fungsional masing-masing.
Demikian pula halnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat “clientele
groups” sesuatu instalasi. Agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang
membutuhkannya dengan cepat dan memuaskan – tanpa mengabaikan kecermatan,
ketelitian dan terjaminnya pengamanan kebijaksanaan pemerintah – mutu kepemimpinan
memegang peranan yang sangat menentukan. (Siagian, Sondang P.2010)
3.
Fungsi
Kepemimpinan dalam perusahaan
1)
Pimpinan
sebagai penentu arah
Telah umum di ketahui bahwa setiap
oeganisasi, baik di bidang kenegaraan, keniagaan, poliik, sosial dan organisasi
kemasyarakatan lainnya, di ciptakan atau dibentuk sebagai wahana untuk mencapai
sesuatu tujuan tertentu, baik yang sifatnya jangka panjang, maupun jangka
pendek yang tidak mungkin tercapai apabila diusahakan dicapai oleh anggotanya
yang bertindak sendiri-sendiri.
Tergantung
[ada jenjang hirarki jabatan pimpinan yang diduduki oleh seseotang dalam suatu
organisasi, keputusan yang di ambil dalam organisasi dapat di golongkan sebagai
:
a. Keptusan
strategik,
b. Keputusan
yang bersifat taktik,
c. Keputusan
yang berisfat teknis,
d. Keputusan
operasional.
Jelas
bahwa semakin tinggi kedudukan kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang dalam
organisasi, nilai dan bobot strategik dari keputusan yang di ambilnya semakin
besar, satu keputusan strategik mempunyai beberapa ciri pokok, seperti :
a. jangka
waktunya jauh ke depan,
b. dampaknya
terhadap kehidupan organisasional kuat,
c. cakupannya
bersifat menyeluruh karena menyuntuh seluruh segi dan tingkat organisasi.
sebaliknya,
semakin rendah kedudukan seseorang dalam suatu organisasi, keputusan yang di
ambilnya pun lebih mengarah kepada hal-hal yang eknis operasional dengan
beberapa ciri pokok seperti :
a. jangka
waktunya yang semakin pendek,
b. dampaknya
hanya di rasakan kuat secara inkremental,
c. cakupannya
terbatas dan hanya menyangkut segi-segi atau bagian-bagian tertentu saja dari
organisasi.
Perlu
di tekankan bahwa pada tingkat kepemimpinan puncak sekali pun seseorang teteap
mengambil keputusan operasional, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil.
Sebaliknya seorang pimpinan tingkat rendah mengambil pula keputusan yang
sifatnya strategik, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil.
2)
Pimpinan
sebagai wakil dan juru bicara organisasi
Kebijaksanaan
dan kegiatan organisasi perlu di jelaskan kepada bebagai pihak tersebut di
maksud agar berbagai pihak itu mempunyai pengertian yang tepat tentang
kehidupan organisasional perusahaan yang bersangkutan. Pengertian yang tepat diharapkan bermuara pada
pemahaman dan pemberian dukungan yang diperlukan, bertolak dari kepercayaan terhadap
kemampuan organisasi memenuhi berbagai kepentingan yang diwakili oleh
pihak-pihak yang berkepentingan itu.Yang paling bertanggung jawab untuk
berperan sebagai wakil dan juru bicara perusahaan dalam hubungan dengan berbagai
pihak tersebut adalah pimpinan perusahaan.
Sebagai wakil dan juru biacar resmi
organisasi, fungsi pimpinan tidak terbatas pada pemeliharaan hubungan yang baik
saja, tetapi harus membuahkan perolehan dukungan yang di perlukan oleh
organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya.
3)
Pimpinan
sebagai komunikator yang efektif
Tidak
dapat di sangkal bahwa salah satu fungsi pimpinan yang bersifar hakiki adalah
berkomunikasi secara efektif. Demikian pentingnya komunikasi yang efektif itu
dalam usaha peningkatan kemampuan seorang pemimpin sehingga dapat di katakan
bahwa penguasaan teknik-teknik komunikasi dengan baik merupakan conaitto sine qua non bagi setiap pejabat pimpinan.
4)
Pimpinan
sebagai mediator
Dalam
kehidupan organisasional, selalu saja ada situasi konflik yang harus diatasi,
baik dalam hubungan ke luar maupun dalam hubungan ke dalam organisasi.
Pembahasan tentang fungsi pimpinan sebagai mediator difokuskan pada
penyelesaian situasi konflik yang mungkin timbul dalam satu organisasi, tanpa
mengurangi pentingnya situasi konflik yang mungkin timbul dalam hubungan keluar
dihadapi dan diatasi.
Dalam
satu organisasi dapat timbul situasi konflik dan faktor-faktor penyebabnya pun
dapat beraneka ragam. Situasi konflik biasanya timbul karena tiga faktor utama
yaitu :
a) Persepsi
subjektif tentang kemungkinan timbulnya tantangan dari pihak lain dalam organisasi,
b) Kelangkaan
sumber daya dan dana,
c) Adanya
asumsi bahwa dalam organisasi terdapat berbagai kepentingan yang di perkirakan
tidak dapat atau sulit diserasikan.
Teori
yang telah dikembangkan dewasa ini memberikan petunjuk tentang adanya lima teknik
atau cara yang dapat digunakan oleh seorang pimpinan selaku mediator dalam
menangani konflik yang timbul, baik antara individu yang tergabung dalam satu
kelompok kerja maupun antara berbagai kelompok yang terdapat dalam organisasi.
Teknik atau cara tersebut ialah :
a. Kompetisi,
b. Kolaborasi,
c. Kompromi,
d. Pengelakan,
e. Akomodasi
5)
Peranan
selaku integrator
Seorang
pimpinan yang efektif dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya sudah
barang tentu tidak akan membiarkan cara berpikir dan bertindak semakin demikian
karena organisasi diharapkan mampu mencapai tujuannya dengan tingkat efisiensi,
efektivitas dan perduktivitas yang tinggi hanyalah organisasi yang bergerak
sebagai satu totalitas. Meskipun tidak dapat disangkal bahwa sautu organisasi
modern akan disusun dalam suatu struktur yang menggambarkan fungsi, tugas dan
kegiatan yang beraneka ragam, keanekaragaman itu tidak menghilangkan perlunya
interaksi, interrelasi dan interpedensi yang didasarkan pada prinsip symbiosis mutualis. Artinya, dalam satu
organisasi tidak ada tujuan atau sasaran kelompok yang bersifat mutually exclusive. (Siagian, Sondang P.2010)
4.
Gaya
kepemimpinan dan implikasinya pada perusahaan
1)
Tipe
yang Otokratik
Dilihat
dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang yang
sangat egois. Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikkan
kenyataan yang benarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif
diinter pretasikannya sebagai kenyataan. Misalnya, dalam menginterpretasikan
disiplin para bawahan dalam organisasi. Seorang pemimpin yang otokratik akan
menerjemahkan disiplin kerja yang tinggi yang di tunjukkan oleh para bawahannya
sebagai perwujudan kesetiaan para bawahan itu kepadanya, pada hal sesungguhnya
disiplin kerja itu didasarkan kepada ketakutan, bukan kesetiaan. Egonya yang sangat
besar menumbuhkan dan mengembangkan persepsinya bahwa tujuan organisasi identik
dengan tujuan pribadinya dan oleh karenanya organisasi diperlakukannya sebagai
alat untuk mencapai tujua pribadi tersebut.
2)
Tipe
yang Paternalistik
Persepsi
seorang pemimpin yang partenalistik tentang peranannya dalam kehidupan
organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya
kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mereka
mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan
sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk.
Di
tinjau dari segi nilai-nilai organisasional yang dianut, biasanya seorang
pemimpin yang paternalistik mengutamakan kebersamaan. Nilai demikian biasanya
terungkap dalam kata-kata seperti “seluruh anggota organisasi adalah anggota
satu keluarga besar” dan pernyataan-pernyataan lain yang sejenis. Berdasarkan
nilai kebersamaan itu, dalam organisasi yang di pimpin oleh seorang pemimpin
yang paternalistik kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat
menonjol pula. Artinya pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan
semua orang dan semua satuan kerja yang terdapat di dalam organisasi seadil dan
serata mungkin. Dalam organisasi demikian tidak terdapat penonjolan orang atau
kelompok tertentu, kecuali sang pemimpin dengan dominasi keberadaannya yang
telah disinggung di muka.
3)
Tipe
yang Karismatik
Tegasnya
seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak
pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara
konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi.
Sesungguhnya
sangat menarik untuk memperhatikan bahwa para pengikut seorang pemimpin yang
kharismatik tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap dan perilaku
serta gaya yang digunakan oleh pemimpin yang diikutinya itu. Bisa saja seorang
pemimpin yang kharismatik menggunakan gaya yang otokratik atau diktatorial,
para pengikutnya tetap setia kepadanya. Mungkin pula seorang pemimpin yang
kharismatik menggunakan gaya yang patenalistik, tetap ia tidak kehilangan daya
pikatnya. Daya tariknya pun tetap besar bila ia menggunakan gaya yang
demokratik atau partisipatif.
4)
Tipe
yang Laissez Faire
Dapat
dikatakan bahwa persepsi seorang pemimpin yang laissez faire tentang peranannya
sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya
organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang
menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa
yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pimpinan tidak
perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
Singkatnya, seorang pemimpin laissez
faire melihat peranannya sebagai “polisi
lalu lintas”. Dengan anggapan bahwa para anggota organisasi sudah mengetahui
dan cukup dewasa untuk taat kepada peraturan permainan yang berlaku, seorang
pemimpin yang leissez faire cenderung
memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya
sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan
digerakkan.
5)
Tipe
yang Demokratik
Pemimpin
yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator
dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu
totalitas. Karena itu pendekatannya dalam menjalankan fungsi-fungsi
kepemimpinannya adalah pendekatan yang holistik dan integralistik. Seorang
pemimpin yang demokratik biasanya menyadari bahwa mau tidak mau organisasi
harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam
tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilaksanakan demi tercapainya
tujuan dan berbagi sasaran organisasi. Akan tetapi dia mengetahui pula bahwa
perbedaan tugas dan kegiatan, yang sering bersifat spesialistik itu, tidak
boleh dibiarkan menimbulkan cara berpikir dan cara bertindak yang berkotak-kotak.
Singkatnya, Seorang pemimpin yang demokratik melihat bahwa dalam
perbedaan-perbedaan yang merupakan kenyataan hidup, harus terjamin kebersamaan.
(Siagian, Sondang P.2010)
Ø DAFTAR PUSTAKA
1. Rivai,
Veithzal, dan Deddy Mulyadi. 2013.”Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi”.Jakarta:
Rajawali Pers
2. Siagian,
Sondang P.2010. “Teori & Praktik Kepemimpinan”.Jakarta:Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar